Materi Inisiasi 6
PERSAINGAN
MONOPOLISTIK DAN OLIGOPOLI
A.
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Pasar persaingan monopolistik (monopolistic competiton) memiliki
beberapa ciri-ciri, diantaranya adalah sebagai berikut: terdapat cukup banyak penjual,
produknya terdiferensiasi (dapat dibedakan), kurva yang dihadapi oleh adalah
berslop negatif, persaingan
bersifat persainga bukan harga.
Berikut
ini unsure-unsur persaingan bukan harga yang juga merupakan ciri-ciri pasar
persaingan monopolistik adalah sebagai berikut:
- Jumlah produsen yang cukup banyak, sehingga kolusi (persekongkolan) di antara mereka dengan tujuan untuk membatasi output yang diproduksi agar memperoleh harga yang tinggi tidak dapat berhasil dilakukan.
- Diferensiasi produk. Diferensiasi produk mempunyai dua arti penting yaitu: Pertama, perusahaan pesaing monopolistik mempunyai pengendalian secara terbatas atas harga barang yang diproduksi dan dijual. Para konsumen mempunyai preferensi akan produk yang dijual oleh produsen tertentu dan ia bersedia membeli pada harga lebih tinggi dari pada barang lain yang sama yang diproduksi oleh perusahaan lain untuk memenuhi seleranya. Kedua, diferensiasi produk menimbulkan persaingan bukan harga. Dengan diferensiasi produk maka produknya dapat ditonjolkan dengan advertensi dan promosi penjualan sebagai sisi persaingan bukan harga.
- Ada syarat untuk masuk ke dalam industri. Perusahaan yang ada dalam industri membutuhkan anggaran relatif cukup besar untuk mengadakan advertensi guna menunjukkan diferensiasi produk dari produk-produk pesaing. Mereka memegang hak paten (hak merek). Hal ini menimbulkan halangan finansial bagi perusahaan-peprusahaan baru unutk masuk dalam industri tersebut.
Perusahaan persaingan monopolistik dalam penentuan harga dan
output berusaha memaksimumkan keuntungan dengan berproduksi pada tingkat output
dimana MR=MC. Bentuk kurva
permintaan pada pasar persaingan monopolistik berlereng menurun tetapi tidak
begitu curam. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bahwa perusahaan berproduksi
pada output Qx dan menjual dengna harga Px. Keuntungan
maksimum total sebesar Px.C dikalikan dengan kuantitas output
sebanyak Qx atau luas bidang PxCAB.
-->
Gambar 2. Di atas menunjukkan perusahaan meminimumkan
kerugian dengan memproduksi pada tingkat output dimana MR=MC yaitu sebesar Qx
dan dijual dengan harga Px. Kerugian total adalah PxC
dikalikan dengan Qx atau luas bidang PxCDE. Perusahaan
dapat terus berusaha atau menghentikan produksi dan keluar dari industri tergantung
pada posisi kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dan bukan pada posisi kurva
biaya rata-rata (AC).
-->
Bila kerugian lebih kecil dari biaya total maka perusahaan
dalam jangka pendek terus berproduksi karena kerugian lebih kecil dari pada ia
menghentikan produksi. Bila ia menghentikan produksi maka kerugiannya sebesar
biaya tetap yaitu PxCv, tetapi bila ia tetap berproduksi
maka kerugian lebih kecil yaitu sebesar PxC yaitu selisih antara
biaya rata-rata dengan harga produk.
Gambar dibawah menunjukkan
keseimbangan jangka panjang perusahaan pesaing monopolistik yang tidak
memperoleh keuntungan ekonomis tetapi hanya memperoleh keuntungan normal.
Disini harga sama dengan biaya total rata-rata, kuantitas yang diproduksi QX
dimana MR=MC, dan kurva AC menyinggung kurva permintaan. Dalam jangka
panjang perusahaan baru kemungkinan dapat masuk atau perusahaan lama keluar
dari industri.-->
Efek ekonomi dan persaingan bukan harga pada perusahaan
pesaing monopolistik
a.
Alokasi input tidak optimal.
Perusahaan pesaing monopolistik memproduksi output lebih kecil dari tingkat
output paling efisien yang memebrikan biaya rata-rata terendah dan harganya
lebih tinggi dari harga pada pasar industri persaingan murni.
b.
Diferensiasi produk dan
advertensi. Perusahaan pesaing monopolistik mengadakan diferensiasi produk dan
rintangan financial menyebabkan mereka berusaha memperbaiki posisinya dalam
jangka panjang agar dapat memeproleh keuntungan ekonomis. Hal ini dilakukan
dengan mengadakan pengembangan dan diferensiasi produk serta mengadakan
advertensi dan promosi penjualan. Diferensiasi produk dilakukan dengan berbagai
tipe, gaya, merek, atau kualitas produk tertentu, yang memberikan manfaat
kepada konsumen. Diferensiasi produk merupakan usaha mengubah dan mencocokkan
produk dengan permintaan dan selera konsumen. Sedangkan advertensi dan promosi
penjualan mencoba membujuk para konsumen mencocokkan permintaan dengan produk
yang ditawarkan oleh penjual. Advertensi dapat bersifat informatif atau
bersifat kompetitif. Bagi masyarakat keseluruhan terdapat beberapa kebaikan dan
keburukan advertensi.
I. PASAR
OLIGOPOLI
Harga dan
Output Oligopoli: Oligopoli Tanpa Kolusi
Saudara mahasiswa,
industri oligopoli adalah bentuk organisasi pasar dimana hanya ada beberapa
atau sejumlah kecil produsen saja, dan terdapat banyak sekali konsumen. Dua
bentuk industri oligopoli yaitu oligopoli dengan difrensiasi produk dimana
produk sebuah perusahaan dibedakan dari produk perusahaan lain. Contohnya
industri alat-alat listrik, perakitan sepeda motor dan mobil dan industri
rokok. Kedua, industri oligopoli
tanpa diferensiasi produk yaitu oligopoli dimna produknya homogen dan tidak
dibedakan antara produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan lain.
Contohnya industri baja, alumunium, pupuk. Konsep pasar oligopoli seringkali
dihubungkan dengan nisbah konsentrasi penjualan. Nisbah konsentrasi penjualan
dalam suatu industri adalah persentase penjualan total oleh beberapa, misalnya
4 atau 5 perusahaan terbesar dalam industri terhadap volume penjualan total
semua perusahaan.
Dalam menganalisis perilaku harga dan output
pada pasar oligopoli, perlu dibedakan antara kasus oligopoli dengan kolusi dan
kasus oligopli tanpa kolusi. Pada kasus oligopoli dengan kolusi dianalisis
model-model maksimisasi keuntungan bersama, kartel, dan model pembagian pasar.
Sedangkan pada kasus oligopoli tanpa kolusi akan dibahas model-model permintaan
patah, penentuan harga oleh perusahaan dengan biaya terendah, dan model
penentuan harga oleh perusahaan dominan.
Model kurva permintaan patah dapat digunakan
untuk menerangkan mengapa harga jarang berubah dalam industri oligopoli tanpa
kolusi. Kurva permintaan patah dapat memberikan petunjuk kepada perusahaan
penjual bahwa setiap perubahan harga akan membawa konsekuensi yang lebih buruk.
Bila perusahaan oligopolis menaikkan harga harga maka para pembeli akan
meninggalkannya dan pada bagian kurva permintaan yang lebih elastis, setiap
kenaikan harga justru akan menuurnkan pendapatan total. Bila ia menurunkan
harga, volume penjualan hanya naik sedikit saja. Penurunan harga menaikkan
pendapatan total namun biaya total juga naik dengan bertambahnya output yang
diproduksi dan dijual. Penurunan harga oleh perusahan oligoplis memberikan efek
lebih buruk lagi bila para pesaing lain membalas dengan penurunan harga lebih
rendah lagi. Hal ini menimbulkan perang harga yang merugikan semua perusahan
kecuali para konsumennya.
Gambar
dibawah ini menunjukkan analisis kurva permintaan patah dimana
perusahaan-perusahaan oligopolis mencapai keseimbangan dan memperoleh laba
maksimal serta timbulnya ketegaran harga dan kuantitas yang diproduksi.
Misalkan kurva permintaan oligopoli yang patah APD dengan garis putus-putus
sebagai kurva pendapatan marjinal. Pada tingkat output Qo, pendapatan marjinal
terputus sementara kurva permintaan patah pada titik P dengan harga sebesar Po.
Perusahaan oligopoli memaksimumkan keuntungan dengan memproduksi pada tingkat
output dan harga dimana pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR=MC).
Bila kurva biaya marjinal MC1 maka ia akan memproduksi sebanyak Qo
pada harga Po, karena disini terjadi perpotongan antar MR dan MC1
yaitu di titik F. Misalkan terjadi kenaikan biaya yang tercermin dalam
pergeseran kurva biaya marjinal ke atas dari MR1 ke MR2
maka perusahaan masih akan tetap memproduksi sebesar Qo dan menjual dengan
harga Po serta tetap memperoleh keuntungan maksimum karena kurva MR berpotongan
dengan kurva MC2 di titik E.
-->
< more >...
Harga dan
Output Oligopoli: Oligopoli Dengan Kolusi
Pada
industri oligopoli, misalkan perusahaan X mempunyai dua perusahaan pesaing.
Perusahaan X ini menentukan harga dan output pada tingkat MR=MC pada harga P0
dan Q0. Bila perusahaan pesaing bereaksi dengan menetapkan harga lebih rendah
dari P0 maka kurva permintaan yang dihadapi perusahaan X bergeser ke kiri
karena para pelanggan potensial beralih dan membeli produk perusahaan-perusahan
yang menawarkan harga lebih rendah. Bila perusahaan X membalas dengan
menawarkan harga lebih rendah lagi, sehingga hal ini akan menimbulkan perang
harga dan menggeser kurva-kurva permintaan meerka ke kiri, menurunkan
keuntungan bahkan mungkin mereka menderita kerugian. Hal ini tidak akan terjadi
bila mereka terdorong mengadakan kolusi unutk menetapkan harga yang sama hingga
mereka memperoleh keuntungan maksimal.
Bentuk lain kolusi dalam oligopoli adalah kartel dan
persetujuan pembagian pasar. Kartel merupakan kolusi perusahaan-perusahaan
oligopolis untuk mengontrol harga serta kuantitas yang diproduksi dalam
industri demi kepentingan perusahaan anggota. Bentuk kartel bisa berupa kartel
harga dan pembagian pasar. Kartel harga yaitu dengan menetapkan harga bersama
dimana perusahaan-perusahaan anggota tidak diijinkan menjual di bawah harga
yang ditetapkan bersama. Sedangkan pembagian pasar secara geografis dimana
pasar dibagi kepada masing-masing perusahaan dan mereka hanya boleh menjual
produk di daerah pemasaran masing-masing dan tidak diperkenakan menjual di
daerah pemasaran perusahaan lain. Kelangsungan kartel dipengaruhi oleh sejauh
mana kartel dapat memaksakan dan mengawasi harga penjualan yang telah disetujui
oleh para anggota. Produsen barang sejenis yang tidak menjadi anggota kartel
mengancam kelangsungan hidup kartel tersebut. Munculnya barang subtitusi dapat
melemahkan kedudukan dan kelangsungan kartel yang bersangkutan karena ia tidak
bisa lagi mengawasi pasar sepenuhnya.
Halangan-halangan yang menyebabkan
perusahaan-perusahaan dalam industri oligopli sulit mempertahankan kolusi
adalah halangan yang bersifat hukum, terlalu banyak perusahaan yang ada dalam
industri oligopoli, dan kecurangan harga.
Persaingan harga dalam industri oligopoli
selalu dihindari karena hal ini merugikan semua perusahaan dalam industri
tersebut. Persaingan bukan harga lebih dapat memberikan manfaat berupa variasi
produk dan perbaikan teknik produksi serta advertensi karena tidak segera dapat
ditiru oleh perusahaan-perusahaan pesaing. Selain itu, para konsumen lebih
sadar dan lebih memperhatikan kualitas produk serta advertensi daripada
perubahan harga. Faktor lain yang menunjang pada persaingan bukan harga adalah
kenyataan pada umumnya perusahaan-perusahaan oligopolis mempunyai sumber-sumber
finansial yang cukup guna menopang kampanye advertensi dan pengembangan produk.
Karena
perusahaan-perusahaan oligopoli lebih memusatkan pada persaingan bukan harga
maka hal ini mendorong mereka mengadakan pengembangan teknik produksi serta
perbaikan kualitas produk. Akibatnya terjadi penurunan biaya per satuan output
serta kenaikan permintaan bila disertai dengan advertensi. Selain itu terdapat
dorongan kuat dalam industri oligopoli untuk memacu kemajuan teknologi guna
mempertahankan dan mengembangkan usaha terutama dalam situasi perang harga yang
tidak dapat dihindari.
No comments:
Post a Comment