Sunday, January 6, 2013

PERSAINGAN MONOPOLISTIK DAN OLIGOPOLI

-->
Materi Inisiasi 6

PERSAINGAN MONOPOLISTIK DAN OLIGOPOLI


A.     PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Pasar persaingan monopolistik (monopolistic competiton) memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya adalah sebagai berikut: terdapat cukup banyak penjual, produknya terdiferensiasi (dapat dibedakan), kurva yang dihadapi oleh adalah berslop negatif,  persaingan bersifat persainga bukan harga.
Berikut ini unsure-unsur persaingan bukan harga yang juga merupakan ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut:
  1. Jumlah produsen yang cukup banyak, sehingga kolusi (persekongkolan) di antara mereka dengan tujuan untuk membatasi output yang diproduksi agar memperoleh harga yang tinggi tidak dapat berhasil dilakukan.
  2. Diferensiasi produk. Diferensiasi produk mempunyai dua arti penting yaitu: Pertama, perusahaan pesaing monopolistik mempunyai pengendalian secara terbatas atas harga barang yang diproduksi dan dijual. Para konsumen mempunyai preferensi akan produk yang dijual oleh produsen tertentu dan ia bersedia membeli pada harga lebih tinggi dari pada barang lain yang sama yang diproduksi oleh perusahaan lain untuk memenuhi seleranya. Kedua, diferensiasi produk menimbulkan persaingan bukan harga. Dengan diferensiasi produk maka produknya dapat ditonjolkan dengan advertensi dan promosi penjualan sebagai sisi persaingan bukan harga.
  3. Ada syarat untuk masuk ke dalam industri. Perusahaan yang ada dalam industri membutuhkan anggaran relatif cukup besar untuk mengadakan advertensi guna menunjukkan diferensiasi produk dari produk-produk pesaing. Mereka memegang hak paten (hak merek). Hal ini menimbulkan halangan finansial bagi perusahaan-peprusahaan baru unutk masuk dalam industri tersebut. 

<!..more..>
Perusahaan persaingan monopolistik dalam penentuan harga dan output berusaha memaksimumkan keuntungan dengan berproduksi pada tingkat output dimana MR=MC. Bentuk kurva permintaan pada pasar persaingan monopolistik berlereng menurun tetapi tidak begitu curam. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bahwa perusahaan berproduksi pada output Qx dan menjual dengna harga Px. Keuntungan maksimum total sebesar Px.C dikalikan dengan kuantitas output sebanyak Qx atau luas bidang PxCAB.
-->
Gambar 2. Di atas menunjukkan perusahaan meminimumkan kerugian dengan memproduksi pada tingkat output dimana MR=MC yaitu sebesar Qx dan dijual dengan harga Px. Kerugian total adalah PxC dikalikan dengan Qx atau luas bidang PxCDE. Perusahaan dapat terus berusaha atau menghentikan produksi dan keluar dari industri tergantung pada posisi kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dan bukan pada posisi kurva biaya rata-rata (AC).
-->

Bila kerugian lebih kecil dari biaya total maka perusahaan dalam jangka pendek terus berproduksi karena kerugian lebih kecil dari pada ia menghentikan produksi. Bila ia menghentikan produksi maka kerugiannya sebesar biaya tetap yaitu PxCv, tetapi bila ia tetap berproduksi maka kerugian lebih kecil yaitu sebesar PxC yaitu selisih antara biaya rata-rata dengan harga produk.
Gambar dibawah menunjukkan keseimbangan jangka panjang perusahaan pesaing monopolistik yang tidak memperoleh keuntungan ekonomis tetapi hanya memperoleh keuntungan normal. Disini harga sama dengan biaya total rata-rata, kuantitas yang diproduksi QX dimana MR=MC, dan kurva AC menyinggung kurva permintaan. Dalam jangka panjang perusahaan baru kemungkinan dapat masuk atau perusahaan lama keluar dari industri.
-->

Efek ekonomi dan persaingan bukan harga pada perusahaan pesaing monopolistik
a.      Alokasi input tidak optimal. Perusahaan pesaing monopolistik memproduksi output lebih kecil dari tingkat output paling efisien yang memebrikan biaya rata-rata terendah dan harganya lebih tinggi dari harga pada pasar industri persaingan murni.
b.      Diferensiasi produk dan advertensi. Perusahaan pesaing monopolistik mengadakan diferensiasi produk dan rintangan financial menyebabkan mereka berusaha memperbaiki posisinya dalam jangka panjang agar dapat memeproleh keuntungan ekonomis. Hal ini dilakukan dengan mengadakan pengembangan dan diferensiasi produk serta mengadakan advertensi dan promosi penjualan. Diferensiasi produk dilakukan dengan berbagai tipe, gaya, merek, atau kualitas produk tertentu, yang memberikan manfaat kepada konsumen. Diferensiasi produk merupakan usaha mengubah dan mencocokkan produk dengan permintaan dan selera konsumen. Sedangkan advertensi dan promosi penjualan mencoba membujuk para konsumen mencocokkan permintaan dengan produk yang ditawarkan oleh penjual. Advertensi dapat bersifat informatif atau bersifat kompetitif. Bagi masyarakat keseluruhan terdapat beberapa kebaikan dan keburukan advertensi.


I.      PASAR OLIGOPOLI
Harga dan Output Oligopoli: Oligopoli Tanpa Kolusi
Saudara mahasiswa, industri oligopoli adalah bentuk organisasi pasar dimana hanya ada beberapa atau sejumlah kecil produsen saja, dan terdapat banyak sekali konsumen. Dua bentuk industri oligopoli yaitu oligopoli dengan difrensiasi produk dimana produk sebuah perusahaan dibedakan dari produk perusahaan lain. Contohnya industri alat-alat listrik, perakitan sepeda motor dan mobil dan industri rokok. Kedua, industri oligopoli tanpa diferensiasi produk yaitu oligopoli dimna produknya homogen dan tidak dibedakan antara produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan lain. Contohnya industri baja, alumunium, pupuk. Konsep pasar oligopoli seringkali dihubungkan dengan nisbah konsentrasi penjualan. Nisbah konsentrasi penjualan dalam suatu industri adalah persentase penjualan total oleh beberapa, misalnya 4 atau 5 perusahaan terbesar dalam industri terhadap volume penjualan total semua perusahaan.
Dalam menganalisis perilaku harga dan output pada pasar oligopoli, perlu dibedakan antara kasus oligopoli dengan kolusi dan kasus oligopli tanpa kolusi. Pada kasus oligopoli dengan kolusi dianalisis model-model maksimisasi keuntungan bersama, kartel, dan model pembagian pasar. Sedangkan pada kasus oligopoli tanpa kolusi akan dibahas model-model permintaan patah, penentuan harga oleh perusahaan dengan biaya terendah, dan model penentuan harga oleh perusahaan dominan.
Model kurva permintaan patah dapat digunakan untuk menerangkan mengapa harga jarang berubah dalam industri oligopoli tanpa kolusi. Kurva permintaan patah dapat memberikan petunjuk kepada perusahaan penjual bahwa setiap perubahan harga akan membawa konsekuensi yang lebih buruk. Bila perusahaan oligopolis menaikkan harga harga maka para pembeli akan meninggalkannya dan pada bagian kurva permintaan yang lebih elastis, setiap kenaikan harga justru akan menuurnkan pendapatan total. Bila ia menurunkan harga, volume penjualan hanya naik sedikit saja. Penurunan harga menaikkan pendapatan total namun biaya total juga naik dengan bertambahnya output yang diproduksi dan dijual. Penurunan harga oleh perusahan oligoplis memberikan efek lebih buruk lagi bila para pesaing lain membalas dengan penurunan harga lebih rendah lagi. Hal ini menimbulkan perang harga yang merugikan semua perusahan kecuali para konsumennya.
  Gambar dibawah ini menunjukkan analisis kurva permintaan patah dimana perusahaan-perusahaan oligopolis mencapai keseimbangan dan memperoleh laba maksimal serta timbulnya ketegaran harga dan kuantitas yang diproduksi. Misalkan kurva permintaan oligopoli yang patah APD dengan garis putus-putus sebagai kurva pendapatan marjinal. Pada tingkat output Qo, pendapatan marjinal terputus sementara kurva permintaan patah pada titik P dengan harga sebesar Po. Perusahaan oligopoli memaksimumkan keuntungan dengan memproduksi pada tingkat output dan harga dimana pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR=MC). Bila kurva biaya marjinal MC1 maka ia akan memproduksi sebanyak Qo pada harga Po, karena disini terjadi perpotongan antar MR dan MC1 yaitu di titik F. Misalkan terjadi kenaikan biaya yang tercermin dalam pergeseran kurva biaya marjinal ke atas dari MR1 ke MR2 maka perusahaan masih akan tetap memproduksi sebesar Qo dan menjual dengan harga Po serta tetap memperoleh keuntungan maksimum karena kurva MR berpotongan dengan kurva MC2 di titik E.
-->

< more >...
Harga dan Output Oligopoli: Oligopoli Dengan Kolusi
Pada industri oligopoli, misalkan perusahaan X mempunyai dua perusahaan pesaing. Perusahaan X ini menentukan harga dan output pada tingkat MR=MC pada harga P0 dan Q0. Bila perusahaan pesaing bereaksi dengan menetapkan harga lebih rendah dari P0 maka kurva permintaan yang dihadapi perusahaan X bergeser ke kiri karena para pelanggan potensial beralih dan membeli produk perusahaan-perusahan yang menawarkan harga lebih rendah. Bila perusahaan X membalas dengan menawarkan harga lebih rendah lagi, sehingga hal ini akan menimbulkan perang harga dan menggeser kurva-kurva permintaan meerka ke kiri, menurunkan keuntungan bahkan mungkin mereka menderita kerugian. Hal ini tidak akan terjadi bila mereka terdorong mengadakan kolusi unutk menetapkan harga yang sama hingga mereka memperoleh keuntungan maksimal.
Bentuk lain kolusi dalam oligopoli adalah kartel dan persetujuan pembagian pasar. Kartel merupakan kolusi perusahaan-perusahaan oligopolis untuk mengontrol harga serta kuantitas yang diproduksi dalam industri demi kepentingan perusahaan anggota. Bentuk kartel bisa berupa kartel harga dan pembagian pasar. Kartel harga yaitu dengan menetapkan harga bersama dimana perusahaan-perusahaan anggota tidak diijinkan menjual di bawah harga yang ditetapkan bersama. Sedangkan pembagian pasar secara geografis dimana pasar dibagi kepada masing-masing perusahaan dan mereka hanya boleh menjual produk di daerah pemasaran masing-masing dan tidak diperkenakan menjual di daerah pemasaran perusahaan lain. Kelangsungan kartel dipengaruhi oleh sejauh mana kartel dapat memaksakan dan mengawasi harga penjualan yang telah disetujui oleh para anggota. Produsen barang sejenis yang tidak menjadi anggota kartel mengancam kelangsungan hidup kartel tersebut. Munculnya barang subtitusi dapat melemahkan kedudukan dan kelangsungan kartel yang bersangkutan karena ia tidak bisa lagi mengawasi pasar sepenuhnya.
Halangan-halangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri oligopli sulit mempertahankan kolusi adalah halangan yang bersifat hukum, terlalu banyak perusahaan yang ada dalam industri oligopoli, dan kecurangan harga.
Persaingan harga dalam industri oligopoli selalu dihindari karena hal ini merugikan semua perusahaan dalam industri tersebut. Persaingan bukan harga lebih dapat memberikan manfaat berupa variasi produk dan perbaikan teknik produksi serta advertensi karena tidak segera dapat ditiru oleh perusahaan-perusahaan pesaing. Selain itu, para konsumen lebih sadar dan lebih memperhatikan kualitas produk serta advertensi daripada perubahan harga. Faktor lain yang menunjang pada persaingan bukan harga adalah kenyataan pada umumnya perusahaan-perusahaan oligopolis mempunyai sumber-sumber finansial yang cukup guna menopang kampanye advertensi dan pengembangan produk.
                  Karena perusahaan-perusahaan oligopoli lebih memusatkan pada persaingan bukan harga maka hal ini mendorong mereka mengadakan pengembangan teknik produksi serta perbaikan kualitas produk. Akibatnya terjadi penurunan biaya per satuan output serta kenaikan permintaan bila disertai dengan advertensi. Selain itu terdapat dorongan kuat dalam industri oligopoli untuk memacu kemajuan teknologi guna mempertahankan dan mengembangkan usaha terutama dalam situasi perang harga yang tidak dapat dihindari.  

No comments:

Post a Comment