DISTRIBUSI DAN
TRANSPORTASI
Distribusi dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang diambil untuk memindahkan dan menyimpan suatu produk dari tahapan pemasok sampai pada tahap konsumen di dalam rantai pasok.
Distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor struktur penyusun
jaringan distribusi yang dapat mengakibatkan tercapainya pelayanan yang baik
untuk konsumen. Faktor tersebut antara lain (Chopra dan Meindl, 2007):
<!..more..>
a. Response
time : berkaitan dengan waktu yang diperlukan agar produk dapat
sampai pada konsumen. Apabila ada produk lain yang dapat menggantikan, maka
apabila terjadi keterlambatan pada proses pengiriman maka konsumen akan beralih
ke produk lain. Dengan demikian jaringan distribusi harus cepat merespon
keadaan pasar yang bisa berubah-ubah setiap saat.
b. Product variety: banyaknya jenis produk yang ditawarkan oleh
saluran distribusi tersebut, ketika jenis produk yang ditawarkan banyak maka
saluran distribusi akan lebih rumit dan membutuhkan alat kontrol lain untuk
mendapatkan biaya yang efisien.
c. Product availability: ketersediaan akan produk tersebut ketika
permintaan pasar lebih tinggi dari permintaan yang telah diperkirakan. Hal ini
biasanya terjadi pada waktu tertentu, contohnya adalah untuk produk yang memiliki
permintaan yang tinggi pada saat hari besar agama ataupun tahun baru (misalnya
pada saat lebaran, orang banyak memerlukan mukena, sarung, dan baju baru).
Peramalan tentang peningkatan penjualan sangat penting untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal dengan waktu yang terbatas.
d. Costumer experience: kemudahan konsumen mendapatkan produk dan
menggunakan produk tersebut. Sebagai contoh jika produk dikategorikan sebagai
produk konsumsi, maka permintaan pasar akan produk tersebut dalam kapasitas
atau volume yang banyak.
e. Time to market: waktu yang dibutuhkan pasar untuk bisa menerima dan
merespon produk tersebut, ketika adanya produk baru. Saluran atau jaringan
distribusi harus memperhitungkan masalah ini karena jika peramalan akan
terserapnya produk baru meleset jauh, maka produk tersebut biasanya akan
disebut produk gagal oleh pasar.
Penjadwalan
Penyerahan
Penjadwalan penyerahan produk
secara operasional akan berpengaruh pada keputusan mengenai gaya transportasi
yang akan digunakan. Berkaitan dengan penjadwalan penyerahan yang berkaitan
dengan transportasi, maka ada dua jenis metoda penyerahan yaitu penyerahan
langsung dan penyerahan milk run.
1. Penyerahan langsung
Metode penyerahan ini dilakukan dengan cara
yang sederhana yaitu memilih alur yang paling pendek. Penjadwalan penyerahan
jenis ini melibatkan keputusan
tentang kuantitas pengiriman dan frekuensi penyerahan ke tujuan. Keuntungan
metode penyerahan ini adalah adanya kesederhanaan koordinasi penyerahan dan
operasi, karena metode ini memindahkan secara langsung produk dari lokasi
mereka dibuat atau disimpan. Penyerahan jenis ini efisien jika dilakukan
berdasarkan kuantitas pesanan ekonomis serta pemilihan jenis transportasi yang
tepat.
2. Penyerahan Milk
Run
Penyerahan milk run
adalah penyerahan yang menyalurkan produk
dari penempatan awal tunggal ke berbagai penempatan yang menerima produk
sampai akhirnya ke penempatan penerima tunggal. Penjadwalan penyerahan milk run
jauh lebih kompleks dibanding penjadwalan penyerahan langsung. Keputusan yang
harus dibuat meliputi pengiriman produk dalam jumlah yang berbeda, frekuensi penyerahan, serta runtutan
penyerahan.
Model Generik Distribusi Produk
Beberapa model generik distribusi
produk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengiriman
Langsung (Drop Shipping)
Pada metode
distribusi produk ini, konsumen awalnya akan melakukan proses pemesanan melalui
retailer atau agen yang ditunjuk oleh manufaktur pembuatnya, kemudian agen
tersebut meneruskan pesanan dari konsumen ke manufaktur dimana pihak manufaktur
telah mempunyai stok untuk kemudian dikirimkan secara langsung ke konsumen
tanpa melalui retailer yang menjadi agen pemesanan sebelumnya. Pada jenis yang
lain, peran retailer atau agen tersebut dapat digantikan oleh sarana virtual
seperti internet untuk dilakukan transaksi melalui internet dan perusahaan
pembuat setelah dapat memenuhi produk yang diinginkan oleh konsumen akan
mengirimkannya secara langsung. Metode ini seringkali disebut dengan manufacturer storage with direct shipping.
Ditinjau dari aspek kompleksitas pengadaan dan distribusinya, cara drop shipping ini cukup sederhana dan
murah sehingga banyak produsen menggunakan cara ini untuk menekan biaya
distribusi mereka dengan menjalin kerjasama timbal balik yang saling
menguntungkan dengan pihak pengirim barang. Keuntungan lain yang diperoleh
adalah perusahaan tidak perlu menempatkan stok barang mereka di pasar sehingga
akan mengurangi biaya persediaan (inventory
cost) maupun kompleksitas permintaan yang diakibatkan oleh variasi produk
yang akan disimpan oleh retailer untuk merespon keinginan konsumen.
2. Pengiriman Langsung Melalui Produk Transit (Direct Shipping and In Transit Merge)
Distribusi
dengan cara direct shipping berkembang
lebih luas dengan melibatkan adanya fasilitas transit yang dikelola oleh distributor atau retail. Hal ini
merupakan respon terhadap keinginan konsumen khususnya untuk produk yang
terdiri dari beberapa komponen pendukung, misalnya unit personal computer (PC). Konsumen pada awalnya melakukan pemesanan
beberapa jenis produk ke retail atau distributor untuk kemudian diteruskan ke
masing-masing manufaktur pembuatnya. Setelah pesanan dipenuhi pihak produsen
tidak mengirimkan secara langsung ke konsumen melainkan mengirim kembali ke
gudang transit milik retailer atau distributor yang ditujukan untuk memilah dan
mengelompokkan produk sesuai dengan pesanan konsumen. Oleh karena itu fungsi
utama gudang transit ini adalah menyesuaikan produk pesanan konsumen. Hal ini
mudah dimengerti bahwa set personal komputer dapat terdiri dari beberapa
produsen ternama, mulai dari unit monitor, unit CPU, unit printer dsb. Gambaran
tersebut memperjelas arti distribusi, dimana produsen dapat saja memilih kedua
jenis model distribusi, bila produsen menerima order tunggal atau sejenis dapat
megirimkannya melalui cara drop shipping
langsung ke konsumen, tetapi bila menerima order dengan keharusan adanya
kombinasi dengan produk dari produsen lain maka cara direct shipping and in-transit merge ini dapat menjadi alternatif
distribusinya..
-->
3. Distribusi produk melalui keagenan
distributor (distributor storage with
package carrier delivery)
Model distribusi produk ini
lebih bersifat top-down dimana para
produsen/manufaktur telah menunjuk keagenan ke principal atau distributor
tertentu untuk memasarkan produknya untuk daerah atau negara tertentu. Pola
permintaan dari konsumen diteruskan ke distributor yang dilanjutkan ke
produsen. Setelah produk tersedia, produsen akan memberikan produknya ke
distributor untuk diberikan ke konsumen. Hal ini nampaknya banyak terjadi,
dimana sistem keagenen tunggal (sebagai pemegang merek atau principal) akan
melakuan semua kegiatan komersialnya atas dasar hak yang diperoleh dari
produsen. Dalam hal ini biasanya distributor akan melakukan fungsi penyimpanan
(storage) bilamana produk mempunyai nilai yang tidak terlalu signifikan baik
ditinjau dari harga produk itu sendiri maupun biaya simpannya. Tetapi untuk
produk yang cukup mahal dan biaya simpan juga memerlukan perlakuan khusus, maka
fungsi penyimpanan dilakukan oleh produsen (misal: mobil impor). Bilamana
efisiensi menjadi tujuan dari model distribusi ini, maka distributor akan
berusaha menarik fasilitas produksi ke daerah yang accessible (mudah diakses) sehingga fungsi pengiriman produk ke
konsumen menjadi lebih reliabel. Cara lain yang dilakukan adalah melakukan transfrer knowledge sehingga produk
impor dapat diproduksi di dalam negeri melalui mekanisme alih teknologi.-->
4. Distribusi melalui pendekatan
produk ke konsumen melalui penyimpanan distributor (distributor storage with last mile delivery)
Dalam
model distribusi ini secara umum bersifat terdesentralisasi, sehingga fungsi
sub distributor atau gudang distributor yang terpisah-pisah pada setiap daerah
distribusi menjadi ciri utamanya. Tujuan digunakan model distribusi ini adalah
mendekatkan produk ke konsumen semaksimal mungkin sehingga keinginan konsumen
atas produk diupayakan secepatnya dapat dipenuhi atau tingkat layanan (service level) yang harus maksimal.
Model distribusi ini cocok untu produk yang telah banyak pesaingnya (mature stage) sehingga produsen akan
sangat menghindari adanya stock-out
product yang seringkali bila benar terjadi akan diisi oleh produk
substitusi atau dengan kata lain mengundang kompetitor masuk pada area bisnis
yang sama. Pada awalnya pola disribusi ini dimunculkan dengan melihat potential customer untuk suatu daerah,
dan bilamana dirasa mencukupi maka distributor akan membuat gudang penyimpanan
di daerah tersebut untuk memberikan layanan secepatnya bilamana terdapat
pesanan dari pembeli. Bilamana
distributor menggunakan cara ini, maka akan terjadi trade-off (pertukaran) yang menjadi dasar keputusan, apakan biaya
penyimpanan dan distribusi yang meningkat atau tingkat layanan ke konsumen
menjadi lebih baik. Produk jasa seringkali menggunakan cara ini melalui
pembukaan cabang perusahaan mendekati konsumen untuk memperoleh tingkat
pelayanan yang tinggi. Konsekuensi dari model distribusi ini adalah setiap
daerah potensial akan mempunyai gudang distribusi, sehingga perlu dilakukan
penyeragaman proses pelayanan ke konsumen. Sebagai contoh, dealer otomotif
daerah satu dan lainnya tidak akan dapat dijumpai perbedaan yang mencolok pada
harga produknya, melainkan hanya berbeda sedikit yang hal ini disebabkan oleh
perbedaan biaya transportasi produk dari produsen ke gudang
-->
distributor atau adanya
pemesanan ekonomis atas suatu produk sehingga dimungkinkan terjadinya
pemotongan harga yang diberikan ke konsumen. Sebagai catatan, dalam model
distribusi ini tidak selalu hanya digunakan untuk produk tunggal tetapi sangat
dimungkinkan distributor mempunyai fungsi keagenan untuk beberapa produk
sekaligus.
-->
5. Distribusi Dengan Pengambilan
Langsung Oleh Konsumen (manufacturer
/distributor storage with customer pickup)
Model disribusi
ini mengkombinasikan cara distribusi cross
docking yang diperkenalkan oleh jaringan convenience store Wall Mart. Pola distribusi dengan cara ini
menuntut konsumen untuk ikut aktif dalam memperoleh produknya melalui upaya pengambilan pesanan pada
suatu titik yang telah ditentukan sebelumya. Konsumen dalam hal ini dapat
berupa retail maupun outlet produk yang melakukan order ke produsen. Pada
awalnya konsumen menempatkan ordernya ke distributor secara langsung. Order ini
umumnya berupa beberapa jenis
produk untuk kemudian dari distributor pesanan tersebut diolah untuk dipesankan
ke produsen yang terkait. Model pemesanan ini sedikit berbeda karena semua
pesanan didasarkan atas entitas pemesan, dimana setelah produk tersedia akan
dilakukan pengiriman ke konsumen melalui cara cross docking, dimana dalam proses pemindahan/pembongkaran dengan
cara ini tidak didasarkan atas jenis barang tetapi oleh entitas pemesan,
sehingga dalam proses pembongkarannya tidak akan memerlukan waktu yang lama
karena telah terpisah antara pemesan satu dan lainnya. Selanjutnya produk akan
dibawa ke tempat yang telah disepakati dimana masing-masing konsumen (dalam hal
ini biasanya retail) akan mengambil produknya yang telah sesuai karena telah
dipilah sejak awal distribusi dilakukan. Keuntungan yang diperoleh dengan model
distribusi ini adalah cepatnya pengiriman walaupun harus dikombinasikan dengan
beberapa macam jenis produk. Banyak model distribusi menggunakan cara ini
karena efisiensi distribusi terutama dari soal biaya dan waktu pemilahan produk
ke masing-masing konsumennya.
No comments:
Post a Comment